lulus, konvoi dan 'coret baju'....

Setelah diumumkannya kelulusan UN beberapa hari yang lalu, banyak siswa yang tidak lulus dan lulus. Akan tetapi yang mengherankan disini bukanlah masalah 'lulus' atau 'tidak lulus' nya, tetapi bagaimana cara kita menyikapinya dengan baik.

Ada yang lulus, tetapi saya sebenarnya kecewa melihat siswa yang lulus. Kenapa? Saya melihat setelah diumumkannya kelulusan, banyak konvoi kendaraan yang mengelilingi kota Banjarmasin. Apakah merayakan kelulusan harus dengan 'upacara' konvoi di jalan? Tidak kan? Tidak sepatutnya bagi orang yang terpelajar untuk ber'konvoi' di jalan. Karena dengan konvoi bis amengganggu pengguna jalan yang lain, bahkan konvoi bisa menyebabkan macet. Belum labi ditambah mereka yang mencoret-coret baju seragam mereka. Apakah hal tersebut juga harus dilakukan? Tidak kan? Akan lebih baik apabila baju seragam yang sudah tidak terpakai lagi, kita berikan kepada yang tidak mampu dan membutuhkan. Banyak anak-anak yang tidak bisa membeli baju seragam yang baru untuk tahun ajaran baru mereka.
Apabila 'konvoi' dan acara 'coret baju' tersebut termasuk dari suatu kebudayaan, maka itu bukan kebudayaan yang baik, yang harus kita tinggalkan dan kita ganti denga kebudayaan yang lebih baik lagi.
Apabila semua itu adalah suatu kebiasaan, maka seharusnya kita tidak membiasakan lagi hal tersebut.
Apakah mereka yang lulus tersebut tidak dididik untuk tidak melakukan hal yang sia-sia? Apabila mereka sudah dididik, berarti sesungguhnya mereka tidaklah lulus dalam pengamalan suatu ilmu pengetahuan. dan apabila mereka tidak dididik, berarti sekolah yang telah melulusan mereka tersebut telah gagal dalam mendidik generasi muda penerus bangsa ini.
Seharusnya di sekolah diajarkan tantang mana hal yang berguna untuk dilakukan dan yang tidak berguna untuk dilakukan. Apabila tidak diajarkan hal tersebut, maka sebenarnya sekolah tersebut tidak patut untuk dijadikan sekolah dan tidak patut ada.

Thanks....
Wassalam....
»»  Baca Selengkapnya.....

Read Users' Comments (0)

Mengatur Waktu untuk Beribadah

Tadi pagi (jum'at, 19/06) saya mengikuti pengajian di Mesjid Al Jami, yang dipimpin oleh KH. Husin Naparin, Lc. MA. Beliau adalah dosen saya sekaligus ketua Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al Jami yang ada di Banjarmasin.
Saya merasa sangat senang karena bisa mengikuti pengajian tersebut. Pengajian tersebut dilaksanakan setiap jum'at pagi, tepatnya sesudah sholat shubuh berjama'ah di mesjid tersebut.
Salah satu dari isi materi yang disampaikan beliau tadi pagi adalah tentang bagaimana cara kita membagi waktu untuk beribadah kepada Allah SWT. Beliau mengatakan bahwa apabila kita melaksanakan sholat, jangan hanya mengerjakan yang wajibnya saja, tapi juga harus melaksanakan yang sunnat-sunnat, seperti sholat sunnat rawatib, tahajjud, witir, dan lain-lain.
Kenapa kita harus menambah dengan yang sunnat-sunnat? Hal itu gunanya agar menutupi kekurangan yang ada pada yang wajib. Jadi, sholat yang kita kerjakan tidak menjadi 'bolong'.
Mengapa kita harus harus sholat setiap hari? Salah satu alasan yang diungkapkan beliau adalah untuk menjaga 'martabat kemanusiaan' kita. Karena apabila kita tidak melaksanakan sholat, maka tidak ada bedanya dengan hewan.
Dan salah satu alasan mengapa Allah mewajibkan kita melaksanakan sholat adalah karena Allah sangat mencintai kita sebagai hambanya. Dia tidak ingin kita seperti hewan yang tidak sholat. dan Dia ingin kita termasuk hamba-hambanya yang bertaqwa kepada-Nya.
Maka seharusnya kita sebagai orang muslim, kita harus meluangkan waktu kita untuk beribadah, seperti sholat, menuntut ilmu agama, dan sebagainya, jangan hanya bekerja dan terus bekerja sehingga mengabaikan waktu untuk beridabah kepada Allah SWT.
Sekarang banyak orang yang berpikir keras agar usahanya ataupun bisnisnya menjadi lebih maju. Tetapi sedikit sekali orang yang berpikir keras untuk akhiratnya.
Padahal 'bisnis akhirat' lebih menguntungkan. Karena apabila kita 'untung', maka kita akan untung untuk selama-lamanya. Tapi apabila kita 'untung' dalam 'bisnis dunia', belum tentu kita dapat menikmati hasil usaha kita tersebut untuk selamanya.
Sekarang banyak diajarkan bagaimana menggunakan 'otak kanan', tetapi hanya untuk kehidupan dunia saja, dan tetapi sedikit sekali diajarkan bagaimana cara menggunakan 'otak kanan' untuk kehidupan akhirat, seperti memperbanyak amal ibadah.
Apakah kita hidup hanya untuk mencari kekayaan di dunia saja? Tidak kan? Kita harus berusaha mencari bekal untuk hidup di akhirat kelak.
Banyak orang menggunakan waktunya untuk kehidupan di dunia, tetapi sedikit sekali orang yang menggunakan waktunya untuk kehidupan akhirat.
Janganlah kita mencari perhatian dari manusia, tetapi carilah perhatian dari Yang memiliki manusia, yaitu Allah Yang Maha Kuasa, yang memiliki segala yang ada.
»»  Baca Selengkapnya.....

Read Users' Comments (0)

Google

Followers